Senin, 14 Maret 2016

perkembangan anak

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Para ahli psikologi pada umumnya membatasi periode masa bayi itu dalam dua tahun pertama setelah masa balita. Periode ini disebut juga periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.
Bayi yang baru lahir biasanya belum mengenal rasa takut dan preferensi untuk melakukan kontak dengan orang-orang. Penelitian membuktikan bahwa dalam beberapa bulan pertama kehidupannya, bayi hanya mengalami perasaan bahagia, sedih, dan marah. Sebuah senyum pertama bayi biasanya terjadi saat ia berusia antara 6-10 minggu. Senyum ini, dilihat dari ilmu psikologi anak, biasa disebut dengan senyum sosial karena umumnya terjadi saat interaksi sosial.
Semua aktivitas bayi masih berjalan secara naluriah atau refleks. Meskipun bayi dapat melihat, mendengar, membau, meraba, dan merasa, dia belum mengerti maknanya. Keterampilan komunikasi pertama yang dipelajarinya adalah menangis. Itulah satu-satunya bentuk komunikasinya dengan dunia luar. Berhubung permasalahan - permasalahan terkait dengan keadaan bayi tersebut maka kami akan meninjau lebih mengenai gambaran serta pemaparan yang melihat dari pada perkembangan fisik,kognitif serta psikososial mengenai bayi usia 0- 2 tahun
            Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik, kognitif maupun psikososial. Terutama terlihat pada anak usia dini adalah kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara biologis, psikologis, maupun perubahan sosial yang terjadi saat ini (serta sepanjang sisa masa hidup) yang saling terkait. Umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-tahun pra sekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik formal maupun nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan dan pengembangan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Kegiatan itu dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Usia prasekolah memberikan contoh luar biasa bagaimana anak-anak memainkan peran aktif dalam pengembangan kognitif mereka sendiri, khususnya dalam memahami, menjelaskan, mengorganisasikan, memanipulasi, membangun, dan memprediksi. Anak-anak prasekolah mengalami kesulitan mengendalikan perhatian mereka sendiri dan fungsi memori, bingung dalam menampilkan diri, dangkal dengan realitas, dan fokus pada satu aspek pengalaman pada suatu waktu. Anak-anak sekolah cenderung membuat kesalahan lintas budaya yang sama karena kemampuan kognitif yang belum matang.
B.     RUMUSAN MASALAH
1)      Bagaimana perkembangan kepribadian anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun?
2)      Bagaimana perkembangan fisik anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun?
3)      Bagaimana hubungan keluarga anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun?
4)      Bagaimana perkembangan kognitif anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun?
5)      Bagaimana perkembangan seksualitas anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun?
6)      Apa saja permasalahan terkini yang di alami dalam perkembangan anak usia dini?
C.     TUJUAN PENULISAN
1)      Untuk membahas perkembangan kepribadian anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun
2)      Untuk mengkajiperkembangan fisik anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun
3)      Untuk mengkaji hubungan keluarga anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun
4)      Untuk mengkaji perkembangan kognitif anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun
5)      Untuk mengkajii perkembangan seksualitas anak usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun
6)      Untuk membahas permaslahan terkini dalam perkembangan anak usia dini




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Kepribadian Anak Usia 0-2 Tahun dan 2-6 Tahun

v  Usia 0-2 tahun
Selama masa bayi dan balita, anak-anak dengan mudah beradaptasi dan mendekatkan diri kepada orang lain.Hubungan awal anak-anak biasanya dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya.Menurut Erik Erikson(dalam Sudarwan Danim.2010),pada fase bayi ini anak sangat tergantung pada pengasuh untuk mendapatkan makanan,pakaian,kehangatan,dan pengasuhan. Erik Erikson berpendapat bahwa tugas utama anak-anak selama tahap psikososial dalam kehidupan pertamanya adalah belajar mempercayai orang yang merawat dan mengasuhnya. Ketika mereka membentuk hubungan dan mengembangkan rasa mengorganisasikan diri pada tahap awal,kemudian segera mengembangkan dimensi psikososial termasuk munculnya perilaku prososial atau kapasitas untuk membantu bekerja sama dan berbagi dengan orang lain.
Pada fase ini pun kepribadiannya mulai terbentuk menjadi modal awal baginya ketika memasuki usia sekolah. Kepribaian itu meliputi ciri-ciri psikologis yang stabil yang membuat setiap manusia tumbuh secara unik. Baik anak-anak maupun orang dewasa membentuk ciri kepribadian(karakteristik jangka panjang yang sulit berubah,seperti temperamen) dan perasaan (karekteristik yang mudah berubah,seperti kemurungan).
Menurut Sigmun Freud(dalam Sudarwan Danim.2010),bayi biasanya bersifat egosentris atau egois dan sangat dominan dalam memuaskan kebutuhan fisik,seperti orang yang lapar. Baginya focus pada kepuasan fisik itu sebagai bentuk upaya memuaskan diri. Bayi sangat tertarik pada kegiatan yang melibatkan mulut (misalnya menghisap dan menggigit),karena itu disebut sebagai fase oral.
Ahli teori setelah Freud,telah menawarkan prespektif tambahan tentang pengembangan kepribadian bayi. Mungkin yang paling penting dari perkembangan ini adalah objek-relasi yang di kembangkan oleh Melani Klein.Menurut Klein(dalam Sudarwan Danim.2010),inti dari kepribadian berasal dari hubungan awal dengan ibu. Klein berteori bahwa kebutuhan anak untuk seorang ibu yang kuat lebih penting. Dengan kata lain,dorongan datar manusia berada dalam hubungan dengan orang lain dan hubungan pertama anak biasanya dengan ibu. Dalam teori objek-relasi ini,bayi berinteraksi dengan ibu terutama selama masa kontak mata dan menyusui. Bayi kemudian menginternalisasi gambar ibu “baik atau buruk” yang mungkin atau tidak mungkin mewakili bagaimana ibu benar-benar ada. Akhirnya,selama proses  psikologis kompleks menyesuaikan diri dengan kehilangan dan pemisahan,anak belajar untuk membedakan antara diri dan objek pada tingkat yang sangat dasar.
Beberapa psikolog berteori bahwa kesalahan dalam ikatan awal dan pengalaman dapat memunculkan masalah psikologis di kemudian hari. Masalah-masalah ini mencaku garis batas gangguan kepribadian yang ditandai dengan perubahan yang cepat dalam menyukai atau membenci diri sendiri dan orang lain.
v  Usia 2-6 tahun
Masa kanak-kanak awal adalah masa peralihan dari masa bayi menuju masa yang bersifat egosentris,seorang kanak-kanak yang bersifat egosentris kadang-kadang berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya. Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak.
Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat,baik secara fisik, kognitif maupun psikososialnya. Dengan perubahan yang cepat itu,bukan tidak mungkin seorang yang tadinya gemuk,pendek dan hampir tidak dapat berbicara tiba-tiba menjadi seorang anak yang lebih tinggi dan ramping yang mampu berbicara secara baik dan lancar.
 Tahun-tahun prasekolah erat kaitannya dengan keutamaan pengembangan kepribadian dan sosialisasi bagi anak-anak muda. Masa prasekolah anak-anak sepenuhnya tidak tergantung pada orang tua mereka,dimana anak-anak prasekolah mulai menempuh perjalanan panjang untuk menjadi mahir berfungsi pada dunia mereka sendiri.Selama anak berada pada usia dini,anak-anak mendapatkan beberapa rasa yang terpisah dan independen dari orang tua mereka. Menurut Erik Erikson(dalam Sudarwan Danim.2010),tugas anak dalam prasekolah adalah untuk mengembangkan otonomi atau arah diri (usia 1-3 tahun)serta inisiatif atau kemandirian(usia 3-6 tahun).
Menurut Freud(dalam Sudarwan Danim.2010),tahun kedua dari masa kanak-kanak adalah tahap perkembangan psikoseksual anal,ketika orang tua menghadapi banyak tantangan baru untuk melatih anak-anak mereka. Fiksasi pada tahap ini dapat menimbulkan ciri-ciri kepribadian selayaknya karakteristik yang muncul di usia dewasa. Ciri-ciri kepribadian termasuk retensi dubur,seperti kerapian yang berlebihan atau kekacauan  dan altruisme. Teoritikus kepribadian setelah Freud berusaha menjelaskna pengembangan kepribadian anak usia dini. Teori belajar menyatakan bahwa kepribadian berkembang sebagai hasil dari pengkondisian klasik( Ivan Pavlov,belajar melalui asosiasi),belajar dengan penguatan dan belajar observasional (Albert Bandura,belajar dengan peniruan). Kategori yang terakhir ini melibatkan identifikasi atau internalisasi,dimana anak-anak mengamati dan mengadopsi nilai-nilai,ide,dan standar lain yang signifikan. Psikolog kognitif berspekulasi bahwa kepribadian muncul dari sikap dan biasanya dari apa yang di ungkapkan orang yang ada di sekitar mereka.
Dalam analisis akhir,tidak ada perspektif sendiri yang cukup bisa menjelaskan proses kompleks proses perkembangan kepribadian. Kombinasi pengaruh psikososial,orang tua,dan biologislah yang mungkin bertanggungjawab untuk penentuan sifat-sifat utama mausia dan kebiasaannya.
B.     Perkembangan Fisik Anak Usia 0-2 tahun dan 2-6 tahun
Pertumbuhan yang pesat selama  rentang kehidupan terjadi pada masa bayi dan pada periode pubertas. Selama enam bulan pertama, pertumbuhan terus terjadi dengan pesat seperti pada periode prenatal dan kemudian mulai menurun. Dalam tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat menurun. Selama tahun pertama, peningkatan berat tubuh lebih besar dari pada peningkatan tinggi, selama tahun kedua terjadi hal yang sebaliknya.
Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan perkembangan sama bagi bayi,tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi,berat,kemampuan sensorik dan bidang perkembangan fisik lain. Beberapa bayi mulai kehidupan dengan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisiknya yang buruk akibat ibu kekurangan gizi,mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode prenatal. Akibatnya bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun dimasa bayi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik adalah faktor keturunan dan asupan makanan yang bergizi.
v  Usia 0-2 tahun
Perkembangan fisik bayi pada dua tahun pertama berlangsung sangat ekstensif. Pada saat lahir,kepala bayi sangat besar dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Tubuhnya bergerak terus menerus dan sering kali susah dikendalikan. Bayi memiliki reflek yang didominasi oleh gerakan-gerakan yang selalu berkembang. Dalam waktu 12 bulan,bayi dapat duduk,berdiri,membungkuk,memanjat dan berjalan. Kemudian ditahun kedua,petumbuhan fisiknya melambat,akan tetapi perkembangan seperti memanjat dan berjalan justru berlangsung  cepat.
Ø  Tinggi dan Berat badan
            Rata-rata panjang bayi saat dilahirkan berkisar antara 20-50 inci dengan berat skitar 3,4kg (Seifert dan Hoffnung,1994). Segera selama masa perkembangan fisik berlangsung, bayi mulai menyesuaikan diri dengan kegiatan makan melalui cara menghisap,menelan,dan mencerna. Selama bulan-bulan pertama kehidupannya,berat badan bayi bertambah sekitar 5-6 ons per minggu). Kenaikan suatu berat badan,pada anak dimasa 3 bulan yang pertama, mengalami kenaikan pada berat badannya yang mencapai seberat 30 gram sehari. Kemudian pada usia 4 bulan,berat badan bayi meningkat dua kali lipat,namun pada saat si anak mencapai umur kisaran 6 bulan pertama berat badan pada sianak akan kembali meningkat sehingga bertambah menjadi 0,5 kg per setiap bulannya. Pada saat usia si anak mencapai pada bulan yang ke 5 maka berat pada anak akan meningkat seberat 2 kali lipat dari berat anak pada saat lahir. Kemudian akan meningkat 0,35-0,5 kg per bulan sampai pada saat akhir tahun yang pertama. Pada saat menginjak tahun yang ke 2 pertumbuhan berat si anak akan bertambah menjadi 0,25 kg per bulannya. Pada tahun kedua kehidupannya,rata-rata pertumbuhan bayi mengalami perlambatan. Pada usia 2 tahun,berat badan bayi mencapai sekitar 13 hingga 16kg dengan tinggi sekitar 32 sampai 35 inci (Santrock,1995). Tinggi badan,panjang badan pada saat anak baru lahir adalah sekitar 50 cm,namun akan meningkat secara drastis sebesar 50% pada saat akhir tahun pertama sehingga panjangnya menjadi 75 cm pada tahun kedua akan meningkat menjadi dua kali lipat dari panjang badan yang sebelumnya.
Ø  Proporsi Fisik
Pertumbuhan kepala berkurang dalam masa bayi,sedangkan pertumbuhan badan dan tungkai meningkat. Jadi bayi berangsur–angsur menjadi kurang berat di atas dan tampak lebih ramping dan tidak gempal pada masa akhir bayi.
Ø  Tulang
Jumlah tulang meningkat selama masa bayi. Pengerasan tulang dimulai pada awal tahun pertama,tetapi belum selesai sampai masa puber. Ubun–ubun atau daerah otak yang lunak 50% bayi yang lahir telah tertutup pada usia delapan belas bulan dan pada hampir semua bayi telah tertutup pada dua tahun.
Ø  Otot dan lemak
Urat-otot sudah ada pada waktu lahir tetapi dalam bentuk yang belum berkembang. Urat-otot itu berkembang lambat selama masa bayi dan lemah. Sebagian,jaringan lemak berkembang pesat,sebagian karena tingginya kadar lemak didalam susu yang merupakan bahan makanan pokok bagi bayi. 
Ø  Bangun tubuh
Selama tahun kedua,ketika proporsi tubuh berubah,bayi mulai memperlihatkan kecenderungan bangun tubuh yang karaktesistik. Tiga bentuk bangun tubuh yang paling lazim adalah ektomorfik,yang cenderung panjang dan langsing,endomorfik yang cenderung bulat dan gemuk,dan mesomorfik yang cenderung berat,keras,dan empat persegi panjang.
Ø  Gigi
Rata-rata bayi mempunyai empat hingga enam gigi susu pada usia satu tahun da 16 pada usia dua tahun. Gigi yang pertama muncul adalah gigi depan,sedangkan yang terakhir adalah geraham. Empat gigi susu yang terakhir biasanya baru muncul pada tahun pertama masa kanak-kanak.
Ø  Susunan Saraf
Pada waktu lahir,berat otak adalah seperdelapan berat total bayi. Pertambahan berat otak paling pesat pada usia dua tahun. Otak kecil yang berperan penting untuk menjaga keseimbangan dan pengendalian tubuh,bertambah beratnya tiga kali lipat satu tahun sesudah kelahiran. Ini berlaku juga untuk otak besar.
Ø  Perkembangan Organ Perasa
Pada usia tiga bulan,otot mata sudah cukup terkoordinasi untuk memungkinkan mereka melihat sesuatu secara jelas dan nyata dan sel-sel kerucut sudah berkembang baik untuk memungkinkan mereka melihat warna. Pendengaran berkembang pesat selama waktu ini,penciuman dan pengecapan yang berkembang baik pada waktu kelahiran,terus membaik selama masa bayi. Bayi sangat tanggap terhadap semua perangsang kulit karena tekstur kulit mereka yang tipis dan karena semua organ perasa yang berhubungan dengan peraba,tekanan,rasa,sakit dan suhu berkembang dengan baik.
v  Usia 2 - 6 tahun
Perkembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh/ badan/jasmani seseorang. Perkembangan fisik manusia terjadi mengikuti prinsip cephalocaudal,yaitu bahwa kepala bagian atas tubuh berkembang lebih dulu sehingga bagian atas tampak lebih besar dari pada bawah. Seperti terlihat pada bayi dan anak yang memiliki bentuk tubuh atau fisik berbeda dengan orang dewasa dimana kepala mereka tampak lebih besar dengan bagian tubuh lainnya. Perkembangan badan,lengan,dan kaki pada tahap selanjutnya membuat tubuh mereka menjadi proposional seperti orang dewasa. Perkembangan fisik seseorang juga terjadi di dalam tubuhnya dengan perkembangan otot dan tulang. Sesungguhnya jaringan-jaringan otot manusia telah ada pada saat bayi lahir. Selama masa kanak-kanak otot-tot menjadi lebih panjang dan lebih besar. Proses ini menjadi lebih cepat pada masa remaja,khususnya pada anak laki-laki.
Anak usia 4 – 6 tahun berada pada tahap perkembangan. Masa kanak-kanak awal, tahap usia ini juga bisa disebut sebagai periode pra-sekolah. Pertumbuhan fisik pada tahap usia ini tetap mengalami peningkatan akan tetapi pertumbuhan tinggi dan berat badannya melambat (tidak secepat pada masa bayi). Perbedaan jenis kelamin terlihat di antara anak laki-laki dan perempuan pada tinggi dan beratnya, berat badan dimana anak laki-laki tampak lebih tinggi dan lebih berat.Tubuh mereka kelihatan lebih langsing dan semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan mereka mulai kehilangan lemak bayi, tulang dan otot berkembang lebih besar, serta pertumbuhan dada yang lebih besar dari perut. Pada usia ini proporsi tubuh semakin proposional dan mulai menyerupai orang dewasa.
Adapun tahap perkembangan fisik/ jasmani adalah sebagai berikut:
Ø  Usia 3 tahun sudah mampu berjalan mundur,berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan berlari,mampu melempar dan menerima bola denagn kedua tangan yang diluruskan ke depan.
Ø  Pada usia 3 – 4 tahun anak mulai mampu mengenal lingkaran,segi empat,segitiga dan mencontoh berbagai bentuk.
Ø  Gerakan anak prasekolah lebih terkendali dan terorganisir dalam pola-pola seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri,tangan dapat berjuntai secara santai dan mampu melangkahkan tungkai kaki. Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi. Saat anak mencapai tahapan prasekolah (3 – 6 tahun) ada ciri yang jelas berbeda antara usia bayi dan anak prasekolah yaitu terletak dalam penampilan,proporsi tubuh,berat dan panjang badan dan keterampilan yang mereka miliki.
Ø  Usia 4 tahun anak-anak telah memiliki keterampilan yang lebih baik, mereka mmapu melambungkan bola,melompat dengan satu kaki,telah mampu menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti.
Ø  Pada usia 4 – 5 tahun mereka sudah mampu membuat gambar-gambar orang,bentuk gambar biasanya ditunjukkan dengan lingkaran yang besar yaitu kepala dan ditambahkan bulat kecil sebagai mata,hidung,mulut dan telinga,kemudian ditarik garis-garis dengan maksud menggambar badan tangan dan kaki.
Ø  Pada usia 5 tahun mereka mampu berlari kencang dengan gaya seperti orang dewasa,mereka meloncat dengan mempertahankan keseimbangannya.
Ø  Usia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki sekaligus belajar melompat tali.
Ø  Usia 6 tahun diharapkan anak sudah mampu melempar dengan tujuan yang tepat dan mampu mengendarai sepeda roda dua. Anak laki-laki dan perempuan sama-sama dapat berlari kencang dan mampu melempar dengan sasaran yang tepat.

C.    Hubungan Keluarga Anak Usia 0-2 Tahun Dan 2-6 Tahun

v  Usia 0-2 Tahun
Hubungan pertama bayi umunya dengan anggota keluarga,kepada siapa bayi mengekspresikan berbagai emosi dan sebaliknya. Jika ikatan sosial dan emosional antara bayi dan keluarga rusak dalam beberapa cara anak tidak pernah dapat mengembangkan kepercayaan,pengendalian diri atau penalaran emosional yang diperlukan untuk berfungsi secara efektif di dunia kehidupan. Kualitas hubungan antara anak dan orang tua,terutama ketikaanak berusia antara 6 dan 18 bulan tampaknya menentukan kualitas hubungan anak kemudian.
Jika kontak fisik antara bayi dan orang tua sangat penting bagi kesehatan emosional bayi dan penting juga untuk orang tua,banyak ahli merekomendasikan bahwa kontak fisik dengan ibunya harus jadi secepat mungkin setelah melahirkan. Bayi yang dapat berhubunhan segera dan berkontak langsung dengan ibu mmenangis lebih sedikit,lebih bahagia,dan merasa lebih aman daripada bayi yang tidak menerima kontak langsung dengan ibunya. Meski demikian,untungnya bayi yang dipisahkan dengan orang tua mereka saat lahir,belum tentu ditakdirkan hidup mengalami gangguan mental. Kontak segera pula melahirkan ikatan optimal,tetapi bayi dan orang tua kemudain dapat membuat untuk pemisahan awal.
Bagi bayi,hubunguan dengan orang lain mengandung makna bahwa dia mencari kedekatan dengan siapa tempatnya berhubungan. Proses dimana seorang individu atau bayi mencari kedekatan dengan orang lain disebut attachment. Dalam interajsi anak dengan orang tua,umumnya saling melakukan kontak secara timbal balik. Bayi tampak senang dan tersenyum ketika memandang orang tuanya,demikian juga sebaliknya,ibu memandang sambil tersenyum,bahkan berbicara mesra seakan-akan bayinya sudah bisa berbicara. Memang, komunikasi antara anak dan orang tua merupakan proses alami dan elementer,naun juga mendalam.
Psikolog John Bowlby(dalam Sudarwan Danim.2010),bahwa bayi lahir di program brperilku tertentu yang menjamin ikatan dengan para pengasuh atau perawat mereka. Bayi menangis,menempel,tersenyum dan berdekut dirancang untuk mendorong orang tua untuk memberi makan,memegang,memeluk dan bersuara. Orang tua bisa membantu menanamkan kepercayaan pada bayi mereka melalui kontak fisik dan hubunhan emosional yang bermakna dan mendalam. Kontak mata,menyentuh dan menyusui tepat waktu mungkin merupakan cara yang paling penting bagi hubungan ibu dan bayi. Tindakan ini tentu saja juga merupakan ekspresi cinta dan kasih sayang orang tua yang memiliki anak-anak mereka.
Hubungan atau attachment adalah sentral bagi keberadaan manusia. Sebaliknya pemisahan antara ibu dan bayi cenderung merungikan. Pada akhirnya,memang hubungan itu akan terhenti atau bubar sendiri sejalan dengan kedewasaan dan kemandirian anak. Anak- anak harus belajar bahwa hubungan dengan manusia lain dengan ketergantungan tertentu tidak ada yang permanen,meskipun konsep pembelajaran ini tidak mudah. Anak-anak antara 7 dan 24 bulan usia mengalami kecemasan perpisahan atau tekanan yang muncul pada kemungkinan ditinggalkan sendirian pada tempat yang di rasa asing. Perasaan tertekan yang melahirkan kecemasan atas pemisahan terutama muncul dari kemungkinan hadirnya manusi atau orang asing.
Pemisahan dan kecemasan akan kehadiran orang asing merupaan indikator kuat dari proses hubungan,karena sebagai anak mereka telah mampu membedakan antara rangsangan akrab dan familiar dengan rangsangan yang aneh dari orang yang masih asing. Anak-anak tanpa kontak atau hubungan ganda atau tidak memiliki hubungan dengan orang lain kecuali dengan pengasuh utama tampaknya lebih mungkin untuk mengembangkan pemisahan dan kegelisahan berhadapan dengan orang asing.
Menurut Bowlby(dalam Sudarwan Danim.2010),anak-anak yang dipisahkan dari orang tua mereka maju melalui tiga tahap,yaitu protes,putus asa dan detasemen atau menerima pemisahan. Setelah melakukan aksi pertama menolak menerima perpisahan,kemudian kehilangan harapan,dan akhirnya anak menerima pemisahan dan mulai menanggapi perhatian pengasuh baru. Namun demikian,jika anak mengalami pencabutan sosialatau tidak ada kontak dengan yang lain memiliki efek sangat negative trhadap anak-anak. Dalam jangka panjang mereka akan menunjukkan depresi pada tingkat patologis,menarik diri,apati dan cemas.
v  Usia 2-6 tahun
Pentingnya peran orang tua dalam perkembangan sosial dan kepribadian pada masa kanak-kanak ini merupakan faktor lingkungan keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga, kesejahteraan ekonomi atau status sosial ikut mempengaruhi perkembangan sosial dan kepribadian anak. Anak  bisa saja menerima kekerasan fisik dan mental dari keluarga karena faktor  perkawinan sehingga anak mendapatkan pelecehan. Anak yang dilecehkan lebih cenderung rewel,tahan terhadap kontrol,dan tidak mudah beradaptasi terhadap situasi yang baru (Feldman, 2012: 188,dalam Hamidummajid ). Pada umumnya sikap anak terhadap orang berbeda beda dan pola kehidupan keseluruhan berpola pada kehidupan rumah,hubungan keluarga yang erat lebih besar pengaruhnya dari pada pengaruh sosial yang lainya,barangkali kondisi yang paling penting yang mempengaruhi penyesuaian anak,hubungan keluarga (orang tua,saudara,sanak keluarga),Hurlock (2008: 130,dalam Hamidummajid)
1.Hubungan Orang Tua
Karena anak lebih bergantung pada orang tua dalam hal perasaaan aman dan kebahagiaaan,maka hubungan yang buruk dengan orang tua menngakibatkan sagat buruk pada prilaku. Maka hubungan dengan orangtua atau ibulah sebagian besar anak sangat tergantung.
2.Hubungan dengan Saudara
 Hubungan dengan saudara antara bayi dengan saudara-saudaranya mulai  berkurang pada tahun kedua pada saat bayi sudah mulai menjadi anak-anak sering kali mengalami pergeseran namun tidak semua pergeseran itu  bukan bersifat pertentangan namun hanya bersifat sekali kali saja. Bahkan pertengkaran saudara memberikan pengalaman belajar berharga  bagi anak,misal anak tungal tidak memiliki pertentangan dengan saudara dan memperoleh perhatian tidak terbagi dari orang tuanya sehingga tidak memiliki pengalaman belajar sosial.
3.Hubungan dengan Sanak Keluarga
Ada dua kondisi dalam hubungan dengan sanak keluarga sehingga dapat mempengaruhi pribadi dan sosial anak.
Ø  Frekuensi hubungan jika sanak keluarga yang tinggal di lain kota maka hubungan anak dengan saudara akan jarang.
Ø  Peran sanak keluarga dalam kehidupan anak sebagi teman  bermain,sedangkan nenek berperan sebagi pengasuh atau penganti ibu.
Perkembangan sosial dan kepribadian anak juga dapat dipengaruhi oleh gaya orang tua. Menurut Simons & Conger (Feldman 2012: 187,dalam Hamidummajid),gaya orang tua biasanya menghasilkan perbedaan perilaku anak sebagai berikut:
Ø  Anak-anak yang orang tuanya otoriter cenderung menunjukkan sedikit sosialis,tidak terlalu ramah dan sering berprilaku gelisah di sekitar teman-temannya. Perempuan sangat bergantung pada orang tua mereka,sedangkan anak laki-laki biasa bermusuhan.
Ø  Anak-anak dari orang tua yang permisif cenderung tergantung dan murung,rendah keterampilan sosial dan pengendalian diri.
Ø  Anak-anak dari orang tua otoritatif,mereka umumnya independen,ramah,menonjolkan diri dan koperatif. Mereka memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai dan biasanya sukses dan menyenangkan. Mereka berusaha mengatur perilaku mereka sendiri secara efektif baik terhadap diri sendiri dan orang lain.
Ø  Anak-anak yang orang tuanya terlibat hal buruk,menunjukkan perkembangan emosional terganggu. Mereka merasa tidak dicintai dan memiliki emosional terpisah serta perkembangan fisik dan kognitif mereka terhambat. Anak bisa saja menerima kekerasan fisik dan mental dari keluarga karenafactor perkawinan,sehingga anak mendapatkan pelecehan. Anak yang dilecehkan lebih cenderung rewel,tahan terhadap kontrol dan tidak mudah beradaptasi terhadap situasi yang baru (Feldman, 2012: 188,dalam Hamidimmajid). Pada umumnya sikap anak terhadap orang berbeda beda dan pola kehidupan keseluruhan berpola pada kehidupan rumah,hubungan keluarga yang erat lebih besar pengaruhnya daripa dapengaruh sosial yang lainya,barangkali kondisi yang paling penting yang mempengaruhi penyesuaian anak,hubungan keluarga (orang tua,saudara,sanak keluarga),Hurlock (2008:130,dalam Hamidummajid).
D.    Perkembangan Kognitif
v  Usia 0-2 tahun
Selama masa bayi, kapasitas kognitif manusia telah mengalami perkembangan. Ada beberapa pandangan mengenai perkembangan kognitif pada bayi, terutama pandangan Piaget dan pandangan kontemporer,perkembangan persepsi, konsepsi, memori dan bahasa.  Kognitif merupakan salah satu aspek terpenting dari perkembangan yang berkaitan dengan pengetahuan perkembangan kognitif yaitu pengetahuan bagaiman mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan Kognitif anak 0-2 th dilakukan dalam bentuk bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.
Menurut Piaget(dalam Sudarwan Danim.2010),anak mengalami tahap perkembangan kognitif sampai akhirnya proses berpikir anak menyamai proses berpikir orang dewasa. Ini dalah proses yang terperinci mengenai perkembangan Intelektual anak. Bahwa saat bermain, seorang anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka mempraktekkan dan mengonsolidasi keterampilan yang baru diperoleh. Contoh,pada saat bermain peran yang dilakukan seorang anak bersama teman-temannya,terjadi beberapa informasi simbolik seperti pura-pura menggunakan batu sebagai telur. Dari permainan,anak tidak belajar keterampilan baru,tetapi dia belajar mempraktekkan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya. Perkembangan bermain juga berhubungan dengan perkembangan kecerdasan seseorang. Seorang anak yang mempunyai taraf kecerdasan dibawah rata-rata,kegiatan bermainnya juga mengalami keterbelakangan dibandingkan anak lain seusianya.

Vygotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang meyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif seorang anak. Menurutnya, anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka anak tidak dapat berpikir tentang kuda tanpa melihat kuda yang sebenarnya, karena meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu. Jika anak–anak kemudian bisa bermain kuda-kudaan dengan menggunakan pelepah pisang,maka pelepah pisang sebagai pengganti ojek kuda dapat memisahkan makna pelepah pisang sebagai ”kuda” dan objek kuda yang sesungguhnya.

Bruner memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai saran untuk mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas. Dalam bermain,yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya. Saat bermain,seorang anak tidak memikirkan sasaran yang akan dicapai sehingga dia mampu mencoba untuk memadukan berbagai perilaku baru. Dalam keadaan tertekan, tidak mungkin hal itu dilakukan. Sekali anak memcoba memadukan perilaku yang baru,dia akan menggunakan pengalaman tersebut untuk memecahkan masalah yang dijumpai dalam kehidupan sebenarnya.

Smith percaya bahwa transformasi simbolik yang muncul dalam kegiatan dalam kegiatan bermain khayal,misalnya: pura-pura menggunakan batu sebagai telur,memudahkan transformasi simbolik kognisi anak sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas mental mereka. Smith juga berteori bahwa bermain merupakan adaptive variability,bahwa variabilitas bermain memegang faktor kunci dalam perkembangan manusia. Hasil penelitian dalam bidang neurologi menunjukkan bahwa potensi adaptif ini terbentuk dalam perkembangan otak manusia yang berlangsung pada usia dini dapat membantu aktualisasi potensi otak karena menyimpan lebih banyak veriabilitas yang secara potensial sudah ada di dalam otak.

Menurut Singer, (dalam Sudarwan Danim.2010) bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan,baik dari dunia luar maupun dari dalam,yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Laju stimulasi dari luar dandari dalam semakin optimal,jika keadaan emosi menyenangkan dan itu diperoleh saat anak sedang bermain 




v  Usia 2-6 tahun
Pada usia 1 – 2 tahun,anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :
Ø  Belajar melalui pengamatan/mengamati
Mulai usia 13 bulan,anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” disekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap bermain,padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan,anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
Ø  Meniru orang tua
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan,anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orang tua. Pada usia 19 bulan,anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.
Ø  Belajar konsentrasi
Pada usia 14 bulan,anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
Ø  Mengenal anggota badan
Pada usia sekitar 15 bulan,anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orang tua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.
Ø  Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu
Pada tahun kedua,anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya,anak menemukan adanya bentuk,tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.
Ø  Mulai mampu berimajinasi
Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
Ø  Mampu berpikir antisipatif
Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya,lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.
Ø  Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata
Pada usia 12 – 17 bulan,anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu,anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan,anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan,umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
Ø  Cepat menangkap kata-kata baru
Pada usia 18 – 23 bulan,anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu,anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.
E.     Perkembangan Seksualitas
v  Usia 0-2 tahun
Kata seksualitas menciptakan bayangan atau sensasi yang beragam. Tentu saja dimensi seksualitas anak jarang disaksikan dalam aneka gambar. Ketika merenungkan seksualitas remaja, anak dewasa selalu memikirkan remaja dan dewasa muda. Pikiran ini seringkali muncul dalam presepsi negatif dan dikaitkan dengan masalah sosial, pelanggaran moral dan nrma agama, termasuk penyakit menular seksual dan kehamilan remaja. Di banyak Negara dan kebudayaan, banyak orang tidak mengakui sifat seksual bayi dan balita. Kalaupun ada tafsir semacam itu, selalu dalam tafsir yang sensasional belaka.  Kalau pun banyak yang menerima anggapan adanya dimensi seksualitas pada anak-anak,itu tidak lebih dalam tafsir sebagai makhluk seksual sebagai proses. Mereka mengkategorikannya sebagai aseksual atau tidak memiliki minat atau kemampuan seksual atau antara ada dan tiada.
            Kesalahpahaman orang akan hal itu paling sedikit membantu menciptakan gambaran yang akurat tentang seksualitas manusia secara umum.Sebagai ilmuan filsuf,dan pakar lainnya banyak orang meyakini bahwa seksualitas itu merupakan aspek penting dari pengalaman manusia pada segala usia.Seksualitas manusia adalah proses seumur hidup yang dimulai saat lahir dan berakhir dengan kematian.
            Menurut Erikson,(dalam Sudarwan Danim.2010) bayi yang kontak fisik antara anak dan orang tua adalah sumber kesenangan. Kontaknya dengan ibu di gabungkan dengan kemampuannya mengigit dan mengisap ketika menyusui tampaknya rangsang reflex yang menyenangkan.Sebenarnya bagi bayi seksual itu dalam arti responsive fisik.Para ilmuan,bahkan masyarakat umum sependapat dan mengetahui bahwa bayi wanita memproduksi pelumasan vagina dan bayi laki-laki memiliki penis yang mampu ereksi. Namun demikian,bayi tidak menyadari pengalaman seksual mereka sebagai sumber orotisme. Bayi tidak menyadari pentingnya dimensi seksual dalam kaitannya ketika melakukan kontak dengan orang,meski dia sadar akan adanya perasaan menyenagkan yang berkaitan dengan kontak fisik dengan orang tuanya. Bayi memperoleh keterampilan motoric atau kemampuan untuk bergerak dengan niat dan mulai mengeksplorasi tubuh mereka sendiri.
v  Usia 2-6 tahun
Anak merupakan calon manusia dewasa,yang mana pada tahap ini segala yang ada dalam tubuhnya sedang dipersiapkan untuk menjadi matang. Saat dewasa,manusia akan mengalami fase kematangan seksual. Untuk mencapai kematangan itu, sejak anak-anak sudah ada fase-fase perkembangannya.
Ada fase oral yakni usia 0-18 bulan,fase anal di usia 2-3 tahun,fase phallic di usia 4-6 tahun,fase latent pada usia 7 hingga masa puber dan fase genital yakni pada saat masa puber di usia 11-18 tahun,terang konsultan kesehatan mental dan psikologi forensik anak dan dewasa,dr Inneke Limuria,dalam parenting talkshow yang digelar Stella Maris International Education di Bethsaida Hospital, Jl Boulevard Gading Serpong Paramount, Tangerang,dan ditulis pada Senin (2/12/2013).
Pada fase oral,kepuasan seksual ada di daerah sekitar mulut. Menyadari hal ini, iklan makanan sangat memanfaatkannya untuk menarik perhatian konsumen. Apabila fase ini tidak berkembang dengan normal maka anak pada usia remaja biasanya akan menggigit kukunya atau tetap mengedot.
Saat fase anal,daerah kepuasan seksual berada di daerah sekitar anus. Di masa ini anak mulai merasa kepuasaan pada saat belajar toilet training. Apabila fase ini tidak berkembang dengan normal maka beberapa orang lebih menyukai anal seks baik pada wanita maupun homoseksual.
Di masa fase phallic,anak mulai mengenali perbedaan jenis kelamin. Saat ini,anak mulai bermain dengan alat kelaminnya sehingga mendapatkan kepuasan seksual. Sebagian besar anak-anak,seringkali setelah masa bayi,kadangkala menemukan kenikmatan ketika organ genitalnya dirangsang,tetapi jangan dipahami perilaku ini sebagai aktivitas 'seksual' sebelum mereka memasuki masa remaja. Apabila fase ini tidak berkembang dengan normal maka seseorang akan merasakan trauma terhadap hal-hal yang berbau seksual (menjadi virgid),terang dr Inneke.
Pada fase latent,perilaku seksual anak untuk sementara tidak bekerja, sehingga pada fase ini perkembangan seksual anak seolah-olah tidak mempengaruhi perkembangan anak. Namun pada fase ini perkembangan intelektual anak berkembang pesat.
F.     Permasalahan Dalam Perkembangan Anak
Ø  Jenis-jenis Permasalahan pada Anak
Jenis-jenis permasalahan pada anak digolongkan menjadi tiga yaitu masalah fisik, psikio-sosial, dan masalah belajar. (Saomah : 2004)
a)      Permasalahan Fisik
Permasalahan fisik pada anak berkaitan dengan sistem koordinasi dan pancaindra anak. Anak yang mengalami gangguan pada pancaindra,system koordinasi gerak,atau mengalami hambatan dalam perkembangan fisik motorik dapat dikatakan mengalami masalah secara fisik. Beberapa permasalahan fisik pada anak antara lain :
·         Masalah Motorik
Masalah motorik terbagi menjadi dua bagian yakni motorik kasar dan motorikhalus. Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan tubuh secara harmonis seperti contohnya berlari, dan mempengaruhi perkembangan motorikhalus. Motorik halus sendiri dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mengkoordinasikan otot-otot halus seperti menggunting, mewarnai, meronce,menggambar, dan lain sebagainyaPermasalahan yang sering muncul pada anak adalah belum sempurnanya koordinasi sistem gerak sehingga anak belum mampu mengontrol motoric kasarnya.Kemampuan anak menguasai keterampilan motorik kasar dan halusdibutuhkan anak untuk persiapan menulis, menggunting, menari, mewarnai dansebagainya.
·         Masalah Penglihatan
Indra penglihatan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, apabilaindra penglihatan mengalami gangguan maka perkembangan anak akanterhambat. Melalui indra penglihatan anak dapat membedakan warna dan bentukyang akan menunjang perkembangan kognitifnya.Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan jugamenyebabkan gangguan ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara lain:a. Tidak mampu menyebutkan benda tanpa ada bendanya b. Tidak mampu menguraikan benda-benda yang dilihat dari beberapa aspek,misalnya bentuk, warna, fungsi dan sebagainya.c. Tidak mampu mencari bagian yang hilang dari suatu bentuk atau gambar.d. Tidak mampu mengurutkan kembali satu seri gambar yang diacak.
·         Masalah Pendengaran
Gangguan pendengaran pada anak bukan berarti anak mengalami tuli, akantetapi anak mengalami kesulitan dalam membedakan suatu bunyi atau suara.Sebagian besar orangtua menganggap masalah pendengaran adalah masalah yang sepele, sehingga masalah yang awalnya kecil justru menjadi gangguan yang sulit disembuhkan
·         Masalah Berbahasa
Masalah berbahasa dan berbicara pada anak diawali dari ketidak mampuan mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya. Selain itu budaya yang masih menjamur dikalangan orangtua adalah seringnya orang tua tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan isi hatinya, sehingga secara tidak langsung hal tersebut menghambat perkembangan bahasa anak. Masalah lain yang terkait dengan gangguan berbahasa adalah berbicara tidak jelas dan gagap.
b)      Permasalahan Psiko-sosial
Permasalahan psikis berkaitan dengan psikologis anak, sedangkan permasalahan sosial berkaitan dengan kemampuan anak dalam membangun interaksi dengan lingkungannya, terutama teman sebayanya. Ada berbagai permasalahan psiko-sosial yang sering dialami oleh anak usia dini yakni :
·         Masalah Sosial-Emosi
Secara umum masalah sosial-emosi pada anak ditunjukkan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
-          Sukar berhubungan dengan orang lain
-          Mudah menangis
-          Suka membangkang
-          Sulit bergaul dengan teman sebayanya
-          Mau menang sendiri
-          Belum bisa mengikuti secar penuh aturan-aturan yang ada
·         Agresivitas
Agresivitas adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan tindakan kekerasan secara fisik, verbal maupun dengan menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan(Rita Eka Izzaty:2005).
·         Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subyektif dan rangsangan fisiologis (Ollendick dalamRita Eka Izzaty : 2005), misalnya jantung berdetak lebih cepat, keringatdingin, bernafas lebih cepat dan yang lain sebagainya.
·         Ketakutan
Ketakutan merupakan suatu keadaan alamiah karena merasa tidak aman terhadap suatu situasi tertentu. Bentuk-bentuk ekspresi rasa takut  bermacam-macam, misalnya jeritan, tangisan, bersembunyi atau tidakmau lepas dari orangtuanya.
·         Pemalu
Pemalu merupakan suatu keadaan dalam diri seorang anak dimana anak sangat peduli terhadap penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas terhadap penilaian sosial tersebut, sehingga anak lebih cenderung menarik diri.
·         Temper Tantrum
Temper tantrum merupakan luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Kejadian ini seringkali muncul pada anak usia 15 bulan sampai6 tahun. Salah satu penyebabnya adalah anak tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata ataupun ekspresi yangdiinginkannya, sehingga anak mengalami frustasi atas keadaannya.(Hasan, Maimunah : 2009)
Ø  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permasalahan pada Anak
Ada dua faktor yang mempengaruhi permasalahan pada anak yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri inidivu atau anak sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar seperti lingkungan tempat anak berada : 
a)      Faktor Internal
Beberapa faktor internal secara umum yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain :
-     Kesehatan menurun yang memiliki resiko terhadap perkembangan fisik motorikanak. -       Kelainan pada sistem otak, genetik dan saraf.
-     Kecerdasan
b)      Faktor Eksternal
-          Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan anak karena keluarga adalah pijakan dasar anak untuk tumbuh sehingga mempunyai andil besar dalam perkembangan anak, selain itu pola asuh orang tua dan keadaan sosial ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. 
-          Lingkungan sekolah meliputi cara mengajar guru dan proses belajar mengajaryang diterapkan disekolah.
-          Masyarakat meliputi teman sepermainan atau teman sebaya yang dapatmempengaruhi perkembangan anak, karena lingkungan berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter seorang anak. 
-          Media sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, terlebih lagi media televisi yang menyajikan berbagai acara dan hiburan yang tentunya membawa dampak positif dan negatif bagi perkembangan anak.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ø  Kehidupan emosional bayi masih mentah. Ia menangis karena ia merasa lapar,dan tangisan itu berubah menjadi tangisan panic bila didiamkan terlalu lama. Pada masa bayi emosi terbagi menjadi dua emosi primer dan emosi yang disadari.
Ø  Perkembangan Fisik bayi selama enam bulan pertama,pertumbuhan terus terjadi dengan pesat seperti pada periode prenatal dan kemudian mulai menurun. Dalam tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat menurun. Selama tahun pertama,peningkatan berat tubuh lebih besar dari pada peningkatan tinggi,selama tahun kedua terjadi hal yang sebaliknya.
Ø  Kognitif merupakan salah satu aspek terpenting dari perkembangan yang berkaitan dengan pengetahuan perkembangan kognitif yaitu pengetahuan bagaiman mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan Kognitif anak 0-2 th dilakukan dalam bentuk bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Kemudian pada usia 1 – 2 tahun,anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Ia akan mengembangkan pengetahuannya melalui pengamatan atau mengamati, meniru orang tua, belajar konsentrasi, mengenal anggota badan, memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu, mulai mampu berimajinasi, mampu berpikir antisipatif, memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata, cepat menangkap kata-kata baru.
Ø  Dalam masa pertumbuhan anak sangat membutuhkan keluarga sebagai tempat berlindung dan teman bermain. Bayi mulai bersuara untuk mengingatkan kehadirannya pada orang dewasa dan ibunya. Mula-mula bayi meracau dengan menggunakan suara dan lafal tertentu sebagai alat komunikasi dengan orang dewasa. Ia berceloteh dan berkicau riang, jika hatinya merasa senang gembira. Celotehan ini akan bernada tinggi dan mengeras bunyinya, jika dia merasa tidak sabaran dan tidak senang. Pada perkembangan social bayi, ibu merupakan orang pertama yang dikenalnya, karena ibulah yang merawatnya dan selalu berada didekatnya. Hubungan dengan ibu ini sangat erat, sehingga bila ditinggal oleh sang ibu dia akan menangis.
Ø  Menurut Erikson,(dalam Sudarwan Danim.2010) bayi yang kontak fisik antara anak dan orang tua adalah sumber kesenangan. Kontaknya dengan ibu di gabungkan dengan kemampuannya mengigit dan mengisap ketika menyusui tampaknya rangsang reflex yang menyenangkan.Sebenarnya bagi bayi seksual itu dalam arti responsive fisik.
Ø  Permasalahan pada anak merupakan gangguan perkembangan yang terjadi pada anak karena berbagai faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti faktor genetic atau keturunan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar seperti keluarga, faktor sosial-ekonomi dan faktor lingkungan. Ada berbagai macam permasalahan yang terjadi pada anak, diantaranya adalah permasalahan fisik, permasalahan psiko-sosial dan permasalahan belajar.









Daftar Pustaka
Sudarwan Danim.2010. Perkembangan Peserta Didik.Cv.Bandung
Hurlock Eliizabeth B.1942.Perkembangan Anak.Edisi Keenan.Jilid 2.PT.Gelora Aksara Pratama.Erlangga
Akwatdiyah.2012.Perkembangan Anak Usia 0-2 tahun. http://akhwatdiyah.blogspot.com/2012/11/perkembangan-anak-usia-0-2-tahun.html10Sep.2015
Hamidummajid._.Makalah Perkembangan Anak. https://hamidummajid.wordpress.com/category/makalah/10Sep2015

Anonim.2014.Gangguan masa perkembangan anak.http://tahesologi.blogspot.com/2014/10/tugas-dan-gangguan-perkembangan-masa.html.10Sep.2015